Pages

Thursday, October 4, 2012

Curicullum Vitae (CV)



RIWAYAT HIDUP


Nama                                : Olia Oktaviani
Tempat, tanggal lahir          : Jakarta, 22 Oktober 1992
Jenis Kelamin                    : Perempuan
Alamat                              : Jl. Radio Dalam no 01 RT 10 RW 25, Jakarta
No. Telepon                      : 085123456789
Agama                              : Islam
Status Kewarganegaraan   : WNI
Status Perkawinan             : Belum Kawin
Email                                 : Olia_cute@ymail.com
Riwayat Pendidikan         :
·         Pendidikan Formal :
  •   Tahun 19972004                 : SD Negeri 5 Tlajung, Gunung Putri
  •  Tahun 20042007              : SMP Negeri 1 Cileungsi, Cileungsi
  •  Tahun 20072010                 : SMA Plus PGRI Cibinong, Cibinong
  •  Tahun 2011 – sekarang            : Universitas Gunadarma, Depok
·         Pendidikan Non Formal    :
  •  Tahun 20082010                 : D’color Act and Shoot
  •  Tahun 2009 2010                 : Nurul Fikri, Cibinong
  •  Tahun 2012­ sekarang           : English First Cibubur
Pengalaman kerja :
·         Tahun 2009 2011                       : D’color Management
·         Tahun 2010 – Sekarang                : NC Management
·         Tahun 2010                                  : SPG Nestle

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar – benarnya,

 Cibinong, 04 October 2012


  Olia Oktaviani

Sunday, September 30, 2012

Fungsi Bahasa Indonesia

Bahasa sebagai alat komunikasi mengandung beberapa sifat:
  • Sistematik: bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati agar dapat dipahami oleh pemakainya
  • Mana suka: karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar, tidak ada hubungan logis antara bunyi dan makna yang disimbolkannya. Pilihan suatu kata disebut kursi, meja, guru, murid dan lain-lain ditentukan bukan atas dasar kriteria atau standar tertentu, melainkan secara mana suka
  • Ujar: bentuk dasar bahasa adalah ujaran, karena media bahasa terpenting adalah bunyi
  • Manusiawi: karena bahasa menjadi berfungsi selama manusia yang memanfaatkannya, bukan makhluk lainnya
  • Komunikatif: karena fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antara anggota-anggota masyarakat
Secara umum fungsi bahsa sebagai alat komunikasi lisan maupun tulis

Santoso, dkk. (2004) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut:
  1. Fungsi informasi
  2. Fungsi ekspresi diri
  3. Fungsi adaptasi dan integrasi 
  4. Fungsi kontrol sosial 
Menurut Hallyday (1992) Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi untuk keperluan:
  • Fungsi instrumental : bahasa digunakan untuk memperoleh sesuatu
  • Fungsi regulatoris: bahasa digunakann untuk mengendalikan prilaku orang lain
  • Fungsi intraksional: bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain
  • Fungsi personal: bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain
  • Fungsi heuristik: bahasa dapat digunakan untuk belajar dan menemukan sesuatu
  • Fungsi imajinatif: bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia imajinasi
  • Fungsi representasional: bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi

Bahasa merupakan sarana komunikasi antara satu dengan yang lainnya.  Dengan kata lain, bahasa merupakan wahana penyampai informasi, agar kita dapat mengerti informasi yang disampaikan tersebut. Bahasa juga sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir, juga sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Dengan digunakannya bahasa Indonesia sebagai pengantar ilmu pengetahuan, dapat menghindarkan dari makna ganda / salah tafsir karena kata yang dipakai umumnya lebih bersifat denotatif daripada konotatif, ungkapan yang dipakai sederhana dan tanpa basa – basi. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat dapat membuat pergeseran pada bahasa Indonesia. Karena pada umumnya, teknologi informasi yang ada banyak menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar dalam berkomunikasinya.

Sumber : 
http://adhitiannugraha.blogspot.com/2012/05/peranan-bahasa-indonesia-dalam.html  


Peran Bahasa Indonesia Dalam Konsep Ilmiah

Kemampuan berbahasa yang baik dan benar merupakan persyaratan mutlak untuk melakukan kegiatan ilmiah sebab bahasa merupakan sarana komunikasi ilmiah yang pokok. Tanpa penguasaan tata bahasa dan kosakata yang baik akan sukar bagi seorang ilmuan untuk mengkomunikasikan gagasannya kepada pihak lain. Dengan bahasa selaku alat komunikasi, kita bukan saja menyampaikan informasi tetapi juga argumentasi, di mana kejelasan kosakata dan logika tata bahasa merupakan persyaratan utama.

Suriasumantri selanjutnya mengemukakan bahwa bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan perasaan, sikap, dan pikiran. Aspek pikiran dan penalaran merupakan aspek yang membedakan bahasa manusia dan makluk lainnya. Selanjutnya disimpulkan bahwa aspek penalaran bahasa Indonesia belum berkembang sepesat aspek kultural. Demikian juga, kemampuan berbahasa Indonesia untuk komunikasi ilmiah dirasakan sangat kurang apalagi dalam komunikasi tulisan. Hal ini disebabkan oleh proses pendi- dikan yang kurang memperlihatkan aspek penalaran dalam pengajaran bahasa.

Bahasa merupakan salah satu faktor pendukung kemajuan suatu bangsa karena bahasa merupakan sarana untuk membuka wawasan bangsa (khususnya pelajar dan mahasiswa) terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang. Dengan kata lain, bahasa merupakan sarana untuk menyerap dan mengembangkan pengetahuan. Pada umumnya, negara maju mempunyai struktur bahasa yang sudah modern dan mantap.

Keefektifan usaha di atas dipengaruhi oleh sikap dan tanggapan kita terhadap bahasa Indonesia. Komunikasi ilmiah dalam bahasa Indonesia belum sepenuhnya mencapai titik kesepakatan yang tinggi dalam hal kesamaan pemahaman terhadap kaidah bahasa termasuk kosakata. Beberapa kenyataan atau faktor menjelaskan keadaan ini. Pertama, kebanyakan orang dalam dunia akademik belajar berbahasa Indonesia secara alamiah (bila tidak dapat dikatakan secara monkey see monkey do/MSMD). Artinya orang belajar dari apa yang nyatanya digunakan tanpa memikirkan apakah bentuk bahasa tersebut secara kaidah benar atau tidak. Lebih dari itu, akademisi kadangkala lebih menekankan selera bahasa daripada penalaran bahasa. Akibatnya, masalah kebahasaan Indonesia dianggap hal yang sepele (trivial) dan dalam menghadapi masalah bahasa orang lebih banyak menggunakan argumen “yang penting tahu maksudnya.”

Mungkin sekali banyak orang menjadi khawatir bahwa kalau bahasa Indonesia menjadi maju dan semua buku sudah ditulis dalam bahasa Indonesia maka kemampuan pelajar dan mahasiswa berbahasa asing menjadi berkurang. Memajukan bahasa Indonesia di masa mendatang tidak berarti mematikan bahasa asing. Yang sebenarnya harus dicapai adalah membuka cakrawala pelajar dan mahasiswa terhadap pengetahuan dan teknologi sejak dini tanpa harus menunggu fasih berbahasa asing. Kalau kita ingin lebih melebarkan cakrawala pengetahuan kita, bahasa asing jelas merupakan hal yang tidak dapat ditinggalkan. Masih langkanya buku-buku keilmuan berbahasa Indonesia dewasa ini mengharuskan kita (kalangan bisnis, akademik dan ilmiah) menguasai bahasa asing (khususnya bahasa Inggris).

Hal yang perlu dicatat adalah bahwa seseorang dapat menguasai bahasa asing (termasuk membaca buku teks) dengan baik kalau dia juga menguasai bahasa sendiri (Indonesia) dengan baik pula. Bagaimana mungkin seseorang dapat belajar bahasa Inggris yang mempunyai struktur yang baku dan canggih kalau dia sendiri tidak menguasai bahasa Indonesia yang baku (dan sebenarnya juga canggih) sebagai pembandingnya? Telah disebutkan di muka, banyak orang mengeluh dan merasa sulit belajar bahasa Inggris tetapi mereka lupa bahwa kesulitan tersebut sebenarnya disebabkan struktur bahasa Indonesianya sendiri masih belum memadai.

Perguruan tinggi merupakan pusat pengembangan ilmu sehingga perguruan tinggi tidak dapat melepaskan diri dari fungsinya sebagai pengembang bahasa Indonesia. Perguruan tinggi tidak harus tunduk pada apa yang nyatanya dipraktikkan tetapi harus dapat mempengaruhi selera penggunaan bahasa oleh masyarakat.

Perguruan tinggi hanya mengajarkan apa yang nyatanya dipraktikkan dalam masyarakat maka hilanglah fungsi perguruan tinggi sebagai agen pengembangan dan perubahan (kemajuan). Perguruan tinggi hanya berfungsi tidak lebih dari sebuah kursus keterampilan. Dalam hal penggunaan bahasa, memang dapat diterima pandangan yang menyatakan bahwa the public has the final taste. Akan tetapi, selera masyarakat dapat diarahkan menuju ke selera bahasa yang tinggi kalau alternatifalternatif yang berselera tinggi ditawarkan kepada mereka.

Sumber : www.suwardjono.com